23
Apr
10

Pre-university

Waktu itu kelompok Cow market sedang observasi kelompok vurnarable group di P. A SUmber Kasih. Saya dan ke-5 teman saya (harusnya sih 6, tapi yang satunya lagi berhalangan… kebetulan jadwalnya cukup padat,hehe). ketika kami sampai seperti biasa, kami melihat seluruh kondisi ruangan hingga ke dalam setiap kamar, tanpa kami sadari bahwa di kamar paling depan ada 2 orang cewe bule sedang mengajak 1 orang anak main. Sebenarnya saya agak heran, kenapa mereka di sini ya,, pikir saya kalau ada bule di Salatiga pasti kuliah atau mungkin mereka mau penelitian. ternyata jawabannya saya peroleh ketika kami pulang.
Pukul 2 kami pulang, kebetulan P. A ini berada di kawasan perumahan, jadi hanya beberapa angkot yang masuk sampai depannya. Oleh karena itu, kami harus pergi menjemputnya 🙂 Tau apa yang mereka buat? Mereka juga naik angkot itu. Pikir saya mungkin mereka juga dapat proyek di kampus, jadi sekarang pulang ke Sala3 kota. itu kan menurut saya. Sampai ke angkot, kami berpura-pura berbicara dan tidak melihat mereka – dalam hati saya ingin mencoba bahasa inggris saya, tapi bagaimana ya 😕 Akhirnya setelah kami saling suruh, saya tanya nama mereka. Setelah berbicara sama mereka baru saya teringat ternyata mereka belum mahasiswa. Lalu mereka siapa? peneliti?
Semacam itulah mereka. Ternyata mereka barusan lulus SMA dan mereka datang ke sini untuk praktek sebelum kuliah. Mereka datang dari Belanda. Ya ampunnnn…. BAru lulus SMA sudah berani keluar negeri? Berani penelitian di negeri orang lagi… Ck ck ck . . Teman saya geleng-geleng kepala. Saya penasaran dan berniat cari di internet. karena bahasa inggris saya lumayan tidak bagus, saya hanya mengerti kalau di negara mereka Belanda sistemnya sudah sangat bagus, ada semacam sistem pre-university, mungkin itu maksudnya…
Keren sekali kata saya.. Memang keren kok. Lagian di sana pemerintahnya sangat mendukung dalam hal finansial. melihat apa yang ada saya menyadarkan diri bahwa itu nyata dan sedang terjadi. Jika di Belanda sudah begitu, kapan Indonesia? Memang punya kita bagus sekali, tapi dengan adanya mereka dan sistem mereka seperti itu saya menjadi optimis dan percaya kita juga akan seperti mereka beberapa tahun lagi. Pemerintah akan mengirimkan mahasiswa keluar negeri untuk praktik di sana – cukuplah – bukan sebagai tenaga kerja atau sebagai mahasiswa. Yang penting kita mau merendahkan diri belajar dari orang lain dan jangan terpaku pada beberapa masalah.

28
Mar
10

Senang Sedihnya Praktik Klinik

Tak terasa sudah 2 1/2 bulan kami berpraktik di RS. Panti Wilasa Citarum. Banyak sekali hal yang didapatkan disini, saking banyaknya, sampai bermacam-macam,hehe… Dari kisah sedih, senang, jangkel, marah, kesal, pusing, kagum,sampai yang rasanya seperti 1/2 mati. Kesan pertama yang langsung bisa dirasakan ketika memasuki lingkungan RS, ini adalah heran (saya kan orangnya agak jujur ya,,,, jadi tidak bisa membohongi perasaan sendiri,kwkwkwkkkk…). Tapi memang beda loh?!
Waktu masuk, karena masih bingung2, kami tidak mengerti harus pergi ke mana, nanti ketemu sama siapa, dll. (sebelumnya memang tidak ada orientasi, karena kami sibuk mencari kost… Di mana2 kenyamanan dalam belajar merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, termasuk dalam hal kost dan sebagainya). Sebaiknya cerita ini kita mulai dari awal, ketika kami mulai datang ke Semarang (orang Sala3 ke Semarang, katanya seperti wong deso ke kota,,, Sebenarnya ungkapan itu kurang pas,tapi memang seperti itu). Kecuali itu, ketika ditanya dari mana? dan kami jawab dari Satya Wacana, dari 20 orang yang bertanya, hanya ada 1 yang tidak mengetahui tentang UKSW. Mereka bertanya, wah, sudah buka jurusan keperawatan ya? kapan? gitu katanya. Saya langsung berpikir, hebat juga ya,,, ternyata UKSW sangat terkenal, bukan pada orang dengan pendidikan tinggi, tapi pada semua orang dari berbagai tingkat pendidikan dan malah dari orang yang tidak pernah bersekolah, tapi mempunyai saudara atau teman yang menceritakan tentang UKSW. Ini ni yang namanya bukan bicara dengan mulut, tapi dengan aura,hehe…. Maksudnya dengan pengaruh perbuatan yang dapat dilihat, bukan mulut doang yang bicara..
Sejak hari sabtu, setelah selesai caping day ke-2 FIK UKSW, pukul 15.00 WIB kami berangkat, kebetulan saya dipercayakan sama mobil yang mengantar, karena hanya kost kami yang berbeda dari kost teman2. Kami di Citandui, sedangkan mereka di Musi. Oh iya, awalnya hari jumat, kami rame2 mencari kost… Saya, Desi, Anne, Helen, Ivon, Tessa, Noni, Cance, Eva, Risco.. Setelah putar2 berjam2 (sekitar 3 jam) sampai magrib dan gelap, akhirnya kami hanya menemukan kost untuk masing2 orang. yang menemukan kost saya bukan kami sih, malah Galih yang temukan. Dia ditemani temannya mencari dan kebetulan ada 1 kamar besar yang kosong yang bisa digunakan untuk 2 orang (1 orang kebesaran dan kemahalan:) ). Akhirnya saya dan Ache yang menempatinya. Sampai malam kami lapar, kami segera mencari makan, ternyata mahalnya minya ampun. Sangat mahal makanannya. Di Sala3, kami bisa mendapatkan 1 telur, 1 tempe + 1 tahu dipenyet dengan harga Rp2500,- di sini kami mendapatkan 2 tempe kecil dengan harga Rp2000,- Beda jauh kan?
OKE. sekarang ceritanya berlanjut ke waktu kami orientasi ruang. Sebelumnya, ketika kami masih bingung2, tiba2 ada seorang Bapak menggunakan kemeja berlengan panjang, dengan dasi hitam dan dipadu celana hitam turun dari mobil, tepat di samping kami, di depan ruang tunggu IGD. Dia langsung menyapa kami, tidak menunggu sapaan dari kami, “Dari UKSW ya? Mari, tunggu di dalam saja,”. Belakangan saya baru tahu kalau beliau adalaj direktur RS ini. Malu yah???

14
Jan
10

Happy Holiday Part VII

Di Depok lebih seru dari yang ku bayangkan… Setiap hari makanan utama kami adalah nasi tentunya sama rendang. Entah kenapa, makanan ini yang kami sukai. Di sini aku bisa pergi ke tempat kuliahnya Ibu Okta, ke kos2an teman2nya, dan melihat sendiri cara belajar mereka. Yah, tak jauh berbeda sama cara belajarnya kami, tapi mereka terlalu bersemangat 🙂
YAng paling banyak berkesan di sini adalah foto yang banyak, karena Ibu beli Hp baru,hehe…
Itu foto2 di sana..

14
Jan
10

Happy Holiday Part VI

Hari Jumat dalam minggu itu, aku langsung berencana ke Depok. Ternyata tidak butuh waktu yang lama untuk mendapat persetujuan dari Om. Aku langsung bersiap keesokan harinya dengan berbekal perjalanan kemarin dari Bekasi ke Bogor lewat Depok, selebihnya merupakan informasi dari Bu Okta yang aku sendiri kurang jelas mendengarnya. Pukul 09.00 pagi aku berangkat seperti biasa menggunakan angkot ke Parung, dari sana langsung dengan angkot nomor 3 jurusan Depok ke terminalnya. Kali ini aku agak sombong karena sudah terbiasa. Perjalanan dari Parung ke Depok cukup menarik. Angkot beberapa kali menghindari kemacetan dengan memilih melewati jalur perumahan warga (gang) yang sempit, dan malah beberapa kali harus terhenti karena ada mobil dari arah yang berlawanan dating dan dengan sibuk diinstruksikan oleh satpam yang kukira bukan satpam, tetapi warga sekitar yang membantu agar tidak terjadi kecelakaan di tempat sempit dangan belokan tajam yang banyak itu. Mereka bukan hanya orang dewasa yang menggunakan peluit serta berpakaian seperti polisi, tetapi banyak yang masih anak-anak dan dengan bertelanjang dada menjadi pahlawan di tempat mereka. Setelah lewat, para soir biasanya memberikan semacam tip kepada mereka, jumlahnya kukira tak terlalu banyak, karena yang diberikan hanyalah recehan yang aku tak tahu berapa nominalnya. Sedikit sih sedikit, tapi sepertinya di sisi lain menguntungkan bagi para satpam “jadi-jadian” itu, sedangkan bagi para sopir ku pikir walaupun menguntungkan, malah banyak ruginya. Bayangkan saja, jika melewati satu jalur di mana terdapat 3 belokan dan di situ sudah berjaga2 penjaganya, para sopir harus membayar tol itu, sedangkan sebelum mencapai jalan besar, masih terdapat 4 jalur lainnya, dan hal ini ditempuh sekitar 6 kali PP selama sehari. Berapa uang dikeluarkan, sementara penumpang yang ada kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Lagipula, harus ada uang yang disisihkan untuk membeli bensin serta setoran terhadap bos. Sudah begitu berapa banyak uang yang ditinggalkan untuk makan dan untuk istri anak mereka di rumah?
Aku betul-betul merasakan keadaan ini ketika sampai disuatu tempat, para “satpam” dengan tangan ditengadahkan menjulur kepada sopir yang saat itu hanya membawa 2 orang penumpang dari Depok setelah putus asa mencari penumpang – memang hanya 2 orang, karena aku adalah salah satu orang yang menumpang dari terminalnya –. Hari itu mungkin bukan cuaca yang baik untuk bepergian. Muka bapak yang berumur sekitar 40 tahunan itu terlihat muram dan kecut. Setiap kali diminta, yang bias dibilang hanyalah “Maaf Dek,” atau “Maaf Bang, lagi sepi,”. Untung para “satpam” itu sangat berbaik hati di balik tampang mereka yang kadang2 tampak seperti para preman pasar atau para napi yang berhasil meloloskan diri dari penjara. Akhirnya setelah penumpang lain selain aku turun, aku di turunkan agar ikut angkot lain di belakang yang kebetulan ada mempunyai penumpang yang kelihatan banyak. Aku hanya dimintai 3rb karena sudah setengah perjalanan. Jadi aku hanya akan membayar 2rb jika sampai ke terminal kepada angkot yang baru itu. Memikirkan itu aku benar2 tidak pernah bisa akan mengerti kenapa mereka harus sesengsara itu. Lalu jika mereka melepas pekerjaan itu dengan alasan tidak member kecukupan yang layak, apa yang akan mereka kerjakan? Apakah mungkin mereka akan seperti mereka yang berada di pinggir rel itu?
Aku tiba di terminal Depok sudah agak siangan. Panas sekali udaranya, karena sepertinya mendung dan akan segera hujan. Sambil bingung mau menunggu Ibu atau apa, aku membeli Green Tea yang harganya lumayan sangat mahal. Yang botol kecil 4rb, untung aku sudah sangat kehausan, lagian aqua juga sama mahalnya. Yang botol kecil di Sala3 cuma 1200 rupiah, di sini 3rb. Berapa kali kenaikannya? Aku berdiri di samping tempat jualan minum itu sambil mengetikan sms: Ibu di mana, saya sudah di dalam terminal Depok. Nanti saya tunggu di dalam atau di luar? Ke depan ITC? Beberapa saat kemudian Hp berbunyi, kali ini bunyi nada dering. Ibu Okta menelpon. Ibu menyuruhku langsung ke tempatnya naik angkot dengan tulisan Depok-Pal atau Depok-Rambutan atau ada satu lagi yang aku lupa. Katanya minta turun sama sopirnya di Detos. Dia juga berpesan agar aku naiknya di depan, jangan di dalam terminal, karena pasti akan menunggu lama sampai bias lolos dari sana (yang ini sih aku sudah pengalaman… :).
Aku keluar ke dean dan tiba2 ada angkot dengan tulisan Depok-Pal lewat, sepertinya terburu2, takut menjadi hambatan bagi angkot yang mengantri di belakangnya. Setelah ku lihat angkotnya kosong. Aku langsung melompat ke atasnya dan bilang turun di Detos. Belum selesai bicara, ada 2 orang cewek naik lagi dan tiba2 angkot hamper penuh. Ternyata ni sopir tahu banyak tentang cara mendapatkan penumpang. Karena pada dasarnya penumpang tidak suka kemacetan, makanya mereka lebih senang menunggu di luar dan itu yang menyebabkan si sopir cepat2 keluar tanpa penumpang. Pintar juga ya? Angkot terus berjalan dan aku mulai memperhatikan setiap hal dalam angkot itu. Angkot yang cukup bagus menurutku. Terpasang speaker di bagian belakang badan mobil dalam, yang walaupun kurang dimanfaatkan, tapi cukup membuatnya terlihat lebih keren dibanding angkot lainnya. Di pegangan tangannya terdapat glade –pewangi – rasa orange yang semakin menambah keharuman angkot yang terlihat bersih dan luas karena kacanya sangat jernih. Di bagian depan sopir terdapat beberapa gantungan yang menarik. Untuk ukuran angkot aku bias member nilai 75 dibandingkan dengan angkot2 di Soe.
Setelah berjalan sekitar 15 mnt, kami sampai di suatu tempat. Sopirnya melihat ke arahku serta berkata “Detos,”. Aku baru tersadar dari lamunan penilaian angkot, aku turun setelah membayar dan mencari tempat berdiri yang aman. Kulihat banyak sekali orang. Ni tempat rame sekali, pikirku. Bukan hanya orang Jakarta yang ada, tapi terlihat juga beberapa orang dari timur, sepertinya ada orang Ambon, Papua dan bias saja ada orang Timor 😀 Aku kan orang Timornya… Mereka berdiri di bawah jembatan penyebrangan dan juga di atasnya, terlihat penuh. Aku baru sadar kalau tempat ini merupakan tempat perbelanjaan dan juga hari ini hari sabtu, jadi pasti banyak orang yang datang untuk malam mingguan. Hebat sekali tempat ini… Aku mengabari Ibu dan mengatakan di mana posisiku sekarang. Setelah menyebrangi jembatan penyebrangan yang juga macet manusia itu, aku menunggu dijemput tepat di bawah ujung jembatan. Tidak perlu beberapa jam sampai Ibunya datang. Kami langsung bersalaman – khas orang timur – dan langsung berangkat ke kos Ibu. Akhirnya aku tiba di Depok. Senangnya…..
Bersamb……………..

09
Jan
10

Happy Holiday Part V

Sekarang ceritanya aku sudah beberapa hari di Bekasi. Karena permasalahan kemaren, akhirnyaaku putuskan untuk pulang ke Bogor. Awalnya gugup juga ya, karena ini a long, long journey.. Gak tau tu bahasa inggrisnya salah atau benar. Pagi2 Dari rumah Kak Ester, aku langsung ke ruko, bareng sama dia pake motor Kakaknya kalo gak salah. Kebetulan mereka juga mau bazar, jadi perginya pagi2 sekitar jam 7. Aku gak mau ketinggalan, apalagi Om Allonya juga ikut ke sana. Maka jadilah kehendak-Nya. Dari rumah kak Ester, aku sudah mandi, jadi tinggal ganti celana dan baju lalu menunggu mereka pergi dan aku pergi deh… Aku di beri “uang bis” sama Om Allo, banyak buanget.. 60rb man! Bagus ni, pikirku.. Mengatasi krisis di saat yang tepat 😀
Aku berangkat pukul 07.00 lebih sedikitnya orang Jawa. Sambil bertanya ke orang2, di mana tempat naek bisnya, aku langsung ke sana, gak pake buang2 waktu lagi. Kebetulan bisnya lagi mutar. Aku pikir kayak di Soe, jadi yah,, pasti ditunggu penumpangnya naik baru kemudian baru bisnya jalan, ternyata tidak. Waktu naik aku seperti dibuang sama kerneknya, sialan… Kami terus berjalan, ternyata bisnya lagi sial, gak dapat penumpang di sekitar Bekasi (maksudnya seputaran Bekasi). Kami lalu berputar kembali ke tempat tadi aku naik. Lumayan dapat sekitar 5 orang. Tapi, aku takut ketika sopirnya marah2,, Pasalnya, ketika berputar itu dan tidak ada penumpang, ada benda2 “souvenir” bis yanng jatuh, mungkin karena bisnya terlalu kencang atau karena diletakkan dengan tidak hati2 sama kerneknya. Namanya juga sopir, dia maki2 dalam bahasa Batak, aku tahu sedikit2 karena ekspresinya memang seperti itu. OMG, help me!
Kami melanjutkan perjalanan dan sampai ke suatu tempat, gak tau namanya, yang jelas semacam haltelah.. Bis itu berhenti dan menunggu penumpang kurang lebih ya 30 menitan, tapi beruntung, karena ketika berangkat bisnya penuh. Aku perhatikan mimik setiap penumpang di dalam bis itu. Kebetulan aku duduk di bagian yang mudah melihat ke segala arah. Jauh dari dugaanku, orang2 di dalam bis ini, walaupun duduk berdekatan, gak ada yang mau bertegur sapa, gak ada senyum, masing2 sibuk dengan pikirannya sendiri2. Ada beberapa cewek kelihatannya adalah mahasiswa, menjinjing buku dan kertas layaknya mahasiswa, dengan sebuah tas di jepit, menggunakan pakaian tertutup yanng sopan dan juga sepatu tertutup. aku senang melihatnya. Ada juga beberapa yang menggunakan baju seragam, sepertinya mereka bekerja di perusahaan tertentu yang menghendaki semua karyawannya terlihat rapi dan seragam. Ada seorang wanita berkacamata sekitar berumur 30 tahun masuk dan duduk tepat di sebelahku. Tanpa basa-basi dia langsung mengambil bekalnya, sebuah kue, bukan sekitar 2 buah dan memakan salah satunya. Mungkin dia belum makan pagi. kasihan yah, dia harus cepat2 agar tidak ketinggalan bis sehingga dapat mengakibatkan terlambat ke tempat kerja sehingga tidak sempat makan.
Kami berangkat sekarang. Di jalan banyak yang kulihat, banyak gedung bertingkat, banyak rumah, dan juga banyak kendaraan tentunya. Betul2 sangat membosankan, duduk di bis dan harus terkantuk-kantuk karena macet dan bisnya jalan sekali2 dengan kasar, rasanya mau muntah, tapi ku tahan. Aku harus sampai tanpa kelihatan capek. Katanya sih, orang penipu atau sejenisnya itu mempunyai mangsa yang bagus jika orang tersebut kelihatan capek. Aku gak mau jadi mangsa. Aku harus kelihatan segar dan sok tahu 🙂 Akhirnya kami tiba di Pulo Gadung. Bingung mau turun di mana, akhirnya aku ikut macet bersama bisnya agar bisa masuk ke terminal 😀
Sampai terminal, ternyata aku orang terakhir yang turun, memalukan sekali ya? kelihatan muka orang barunya,hehe… Masalah baru lagi ketika aku gak tau posisi Kowan bisatanya di mana. Mau tanya, malu.. Sudah, aku pura2 sms, padahal sambil mencari bisnya,,hehehehehe…. sok tau yah? Akhirnya ketemu juga. Ternyata tepat di belakangku. Terminalnya ada 2 bagian ternyata. Ternyata yang ku pakai kebanyakan yah? Soalnya hal2 baru banyak sekali sih… Aku pergi, ke barisan bis paling depan dan naik ke salah satunya. Eh, ada sopir sok kenal lagi. “Dari mana Dek?” Gitu katanya. “Aslinya ya?” ya iyalah. Pertanyaanya ambiguistis. “Iya,” Jawabnya. Aku menjawab kalau dari NTT. Dia malah tanya NTTnya mana? Ni orang sok banget deh… Padahal aku berani bertaruh, dia gak tau apa2 tentang NTT, bahkan lihat petanya saja belum pernah,hehe.. gak apa2lah.. Aku jawab Soe.
KAmi harus berjuang keluar dari terminal, tapi lagi2 ternyata, ternyata saking macetnya, kami terjebak hampir sejam di dalam terminal. Gila kan? Ketika keluar, rasanya senang sekali, tapi masih ada kemungkinan penyakit itu kambuh lagi, dan memang lagi2 betul. Untungnya aku masih bisa sabar dan tiba di terminal Depok dengan baik. Aku sempat melihat beberapa tempat yang menurutku bagus – -cuma melihat sih, – – Contohnya kampus Trisakti, UKI, dan ada beberapa yang bahkan belum pernah ku dengar namanya. Selain itu, banyak gedung bertingkat yang juga kulihat dan tempat2 terkenal yang dulunya sampai beberapa menit sebelumnya hanya kulihat dan kudengar lewat televisi. Sekarang aku benar2 ada di dalamnya dan terlibat penuh,hehe… Tiba di terminal Depok, aku sengaja makan pagi dulu, sekitar jam10an, sambil rencanaku menanyakan -validasi data- angkot ke Parung 🙂 Aku makan cukup mewah. Sebuah kepala ikan yang cukup besar dan sayur singkong di warung makan Padang tepat di depan ketika aku turun tadi. Enak sekali ikannya, sampai aku kehilangan hampir 20rb. Gak apa2, lagian aku kan ada untungnya juga, sambil mempelajari keadaan aku juga akan bertanya kan? Angkot no 3 melintas di depanku. Aku langsung berlari mengikutinya, karena angkotnya juga mau ngantri keluar terminal. Aku langsung naik, sebelumnya tanya dulu, validasi data selalu,hehe…. Aku selamat sampai ke Parung dan ketika mau ke Prumpung masalah baru lagi. Aku salah turun, dan bingung di mana angkot no. 26? Tidak ada sama sekali, ternyata aku turun di ujung kota, sedangkan tempat mangkal angkot di ujung yang satunya lagi. Aku bertanya pada otrang2 di sana, Aku cukup dewasa untuk tidak bertanya pada sembarang orang (hehe,somboooong…). Aku bertanya pada orang yang cukup tua dan berjalan bersama suaminya, ini cukup aman. Aku lalu mengikuti jalan dan sampai ke tempat mangkal angkot yang ku ketahui kemaren. Aku bialng Gang Bandung, langsung dilaporkan sama calonya ke Sopir. Untung sopirnya gak pikun, jadi sampai tempat itu aku diturunkan. Memang benar ini tempatnya.
Bersamb…..

07
Jan
10

Happy Holiday Part IV

Sekarang ceritanya aku sudah ada di Bekasi dan mulai kehidupan di sini. Seperti biasanya, kalau di sini berarti dari bangun tidur palingan nyapu trus masak, makan n main musik atau nonton.. Gak pernah jauh-jauh dari itu. Lebih senangnya lagi ternyata kakak2 yang praktik itu lebih suka kerja daripada aku, jadi ku biarkan semua pekerjaan mereka handle. Hitung-hitung karena aku juga liburan n bukan waktunya untuk bekerja keras :). Mereka juga (kalau menurut pemikiranku) seperti itu, karena dalam rangka mendapat nilai,hehe… Peace! Pagi hari pertama di sana, waktu bangun pagi2 aku langsung di suruh karaoke sama Om, agak jadul juga,hehe… tapi gak apa2lah,,, daripada gak sama sekali??? Aku mulai menyanyi, bahasa gaulnya mulai karaoke dari jam bangun pagi itu – aku gak tau jam berapa, karena ruko tempat tinggal ku itu gak ada jendela, lagian jam dindingnya di depan dan aku cukup malas memlihat-lihat Hp – samapai jam makan pagi aku “merilis” hampir 4 album, diantaranya lagu worship, carol sing dan lagu nonstop. Setelah nyanyi, rasanya senang dan lega, bagaimanapun juga kan sudah puas teriak-teriak – tapi aku bisa jamin, suara ku bagus loh.. – Om Lius juga sesekali merampas microphone dan ikut bernyanyi, tapi namanya juga pendeta, suaranya seperti rata-rata para pendeta,hehe…
Oya, hari itu juga Om Lius pulang ke Tangerang, sebelumnya aku diberi uang jajan (itu sih katanya,) Rp 120.000,- bagiku itu mah bukan uang jajan, tapi uang 1 SKS ditambah uang angkot :). Dia berpesan agar aku gak lupa pulang ke Bogor, naik bis ke Pulo Gadung, trus naek Kowan bisata dll. Aku jawab aja iya, tapi dalam hati takut juga “Gila, aku kan gak pernah jalan sendirian, apalagi sampai naik turun angkot dan bis kota seperti itu,” tapi sebagian hatiku rasanya seperti tertantang untuk melakukannya. Hebat yah?? Hari ke-2 berjalan dengan baik. Aku mulai naik ke atas dan main musik, maksudnya piano dan keyboard. Enaknya, tidak ada yang larang dan bilang ini itu, jadinya bebas berekspresi… Betul-betul liburan.. I’m happy Bo! Hari ke-3 ada teman baru, teman juga dari FB, tapi keebtulan dia kenal sama Om Allo karena mereka tinggal sama-sam di ruko itu. Namanya Monty.. Klo di FB sih namanya Monty keren. Yang paling ku suka dari dia, orangnya lucu, humoris dan selalu bikin ketawa. Aku gak perlu membeli buku humor yang mahal untuk ketawa, hanya cukup dengan duduk dekat2 dia, pasti ada-adaaa saja yang diomongkan dan buat ketawa,hahahahaha….! Tapi yang paling gak kusuka dari dia, kadang-kadang dia agak “kurang ajar” juga. Orang-orang di sana yang bisa bahasa Timor cuma kami bertiga sama Om, tapi selalu saja jika terjadi sesuatu dia pasti melontarkan bahasa Timor, ini kan membuat orang lain bisa tersinggung, apalagi jika sementara bicara atau berdebatlah, tiba-tiba dia pake bahasa Timor 🙂 Selebihnya I like him so much…
Ternyata hari kedatangannya ini membawa malapetaka buatku. Aku dipanggil sama Ibu gambala dan ditegur, katanya anak perempuan gak boleh tinggal sama-sama laki-laki, biarpun itu adalah Om kandungnya sendiri, karena mengingat hati manusia berbeda-beda. Bisa saja muncul pemikiran bahwa di ruko yang merupakan rumah TUHAN itu digunakan sebagai tempat “kumpul kebo” (walaupun aku gak tau arti istilah ini, tapi yang jelas ini pertanda buruk dan tidak baik.. Mengancam kelangsungan gereja). Akhirnya malam itu aku tidur di tempat Kak Ester… Gak enak sih, tapi mau bagaimana lagi? Aku hanya bisa tinggal sama-sama Om jika dia sudah beristri.. Kalau tunggu sampai beristri, kapan? Mau disuruh cepat-cepat juga aku gak mau kalo nanti dapatnya yang “gak berkualitas” 🙂
Sku hanya mau berpesan, Om cepat menikah dong, kalau aku pergi ke Jakarta aku gak mau ke tempat orang lain, aku lebih nyaman sama Om. TUHAN tolonglah Om saya agar cepat menemui jodohnya.. AMIN!
Bersamb…..

06
Jan
10

Happy Holiday Part III

Liburan belum selesai. Banyak yang ku lihat sepanjang jalan.. Yang paling berkesan adalah ketika melewati lokasi yang ada perumahan kumuh di pinggir rel,, betul-betul dekat dengan rel, sampai-sampai waktu dilewati kereta api seperti hendak “dicium”. Jaraknya amat sangat dekat sekali… Begitu dekat sampai aku merinding.. Aku lalu berpikiran negatif, apa jadinya kalau tiba-tiba terjadi bencana dan kereta apinya terguling atau terjadi kecelakaan tabrakan,,, memang itu bisa saja terjadi, karena rumah-rumah itu bukan hanya ada di salah satu sisi rel, tapi juga di ke-2 sisi dan sangat padat.. banyak anak kecil bermain di depan pintu rumah, banyak yang melakukan perkerjaan seperti mencuci pakaian dan lain-lain di tempat yang sangat sempit tersebut.. Ngeri aku..! Rumah yang bisa dibilang bukan rumah, tapi tepatnya tenda itu dibuat dengan tidak rapi, menggunakan terpal dan pecahan kayu atau tripleks, yang paling bagus terbuat dari papan. Rata-rata rumah tersebut berukuran 2×1 m. Di setiap rumah sama sekali tidak ada ruangan kosong, karena terisi barang-barang seperti barang rosokan dan barang pribadi pemilik rumah. Untuk menjemur pakaian, mereka memanfaatkan dinding, di mana pakaian digantung pada hanger dan digantung pada tiap celah dinding yang tidak rapi itu… Di mana-mana terlihat jemuran dari yang pantas diperlihatkan ke orang lain (menurut adat kami) sampai yang sangat tabu jika kelihatan seperti “CD”. Rentetan rumah itu mulai terlihat ketika kami belum lama berjalan sampai hampir tiba di stasiun senen.. Aku berpikir apakah mereka senang dengan keadaan tersebut, atau dengan terpaksa mereka harus tinggal di tempat seperti itu… Sebagian dari mereka, dari tampangnya kelihat tidak seperti orang yang pantas tinggal di tempat seperti itu tapi memang kenyataannya seperti itu… Mengapa hal ini tidak pernah diangkat di tengah-tengah kemegahan kota Jakarta dan sekitarnya? Mengapa banyak orang kaya yang katanya mempunyai uang bermiliar-miliar nyaman tinggal bersama-sama orang yang tidak mempunyai apa-apa? Apa perasaan mereka? Aku yakin, 1/10 dari penghasilan mereka jika dibagikan akan cukup membahagiakan orang-orang di pinggiran rel tersebut dan hal tersebut tidak akan pernah membuat mereka menjadi miskin… Bayangkan saja jika 1 orang kaya mau membantu kehidupan 1 keluarga itu, pasti keadaan akan lebih baik. Sepertinya jumlah orang di pinggiran rel tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan jiumlah orang kaya di Jakarta, jadi tidak mungkin impossible jiika mereka menjadi lebih baik dan tidak kelihatan seperti sampah di pinggiran jalan…
Kami sampai di Stasiun Senen dan mulai berjalan mencari bis ke Pulo Gadung. Ternyata ada kebakaran yang kemudian disiarkan di televisi, tepat aku lihat waktu mulai terbakar. Baru kali ini aku melihat kebakaran dengan mata kepalaku sendiri walaupun dari kejauhan,hehe… Setelah berjalan agak lama, kami menemukan terminal dan mulai naik ke atas bis,, karena lupa apa nama bisnya maka anggap saja sudah ku ketik :). Jalannya lumayan lama.. Yah, karena macet Kalau buan macet berarti bukan Jakarta. Sampai Pulo Gadung ternyata macet total.. Bisnya tidak bisa masuk terminal saking padatnya kendaraan di 2 badan jalan dengan masing-masing 2 ruas tersebut.. Kami lalu melompat turun dan mencari jalan pintas di luar terminal menunggu bis nomor 26 ke Cakung keluar dari cengkeraman iblis kendaraan tersebut… Kami mengunggu cukup lama, bukan karena kelangkaan bis seperti yang terjadi di Soe, tapi karena bisnya berjuang untuk keluar, tapi tidak diijinkan, harus melalui proses diplomasi yang panjang :). Ketika ada bisnya, kami harus melompat dan berdesak-desakan naik agar tidak menunggu lagi… Di atas ternyata penuh,, berdiri lagi deh… Capek tau.. Karena aku orangnya cukup sabar, akhirnya 1/2 perjalanan aku bisa duduk, senangnya… Kami tiba di Cakung sudah lewat Magrib. Kami berjalan melalui gang kecil lalu tiba di ruko Harapan Indah Regency. Akhirnya tiba dengan selamat.. Aku ketemu Om, trus ada 2 mahasiswa praktek di sana, aduh, tapi aku lupa namanya siapa, hehehe….

21
Dec
09

Happy Holiday Part II

Hari senin (14/12) kami berencana ke Bekasi.. Perjalanan yang betul-betul menyenangkan… Menurut rencana, kami akan berangkat pagi sehingga bisa tidak awal dan tidak kemalaman di jalan – seperti orang zaman dulu ya – namun, layaknya manusia yang hanya bisa berencana, kami hanya berhasil berangkat pukul 13.30 WIB. Dari Prumpung naek bis jurusan Bogor-Tangerang (emang cuma 1 jurusan saja bis yang lewat situ koq:). Kami turun di pasar Serpong.. Aneh juga ni hari, mereka semua di situ pada ngeliat aku semua,hahaha… Om langsung berbisik “Mereka sangat tertarik pada rambut kamu, kelihatan kalau mereka mau bilang ada orang unik lewat,” GUBRAK! Jadi itu yang diperhatikan mereka? Kenapa aku tidak menyadarinya? Jawabannya banyak.. Pertama karena aku baru sehari di sini, bahkan barusan 5 menit yang lalu turun dari atas bis jadi belum bisa peka terhadap gelagat mereka. Kedua, bagaimanapun juga, aku tidak akan bisa melaihat rambut q sendiri apakah tetap rapi atau tidak, karena aku cuma punya 2 mata di muka yang bisa melihat ke depan dan daerah yang jauh.. Kalo dipikir2 ternyata aku cukup pintar kalau beralasan,hehe..
Tiba-tiba Om langsung mengajak q makan.. OK, mau makan di mana (pulang Sala3 pasti +gendut). Aku dibawa ke belakang pasar “Kamu pernah makan sate kambing g?” Om bertanya. “Belum Om, tapi sop kambing pernah,” Waktu itu kami dibawakan 2 porsi sop kambing sama Bapak kos, katanya kalian harus makan, karena itu baik buat kesehatan.. Setelah makan akan keluar keringat yang sangat banyak dan tubuh terasa panas (aku pikir lagi karena tidak mengerti hubungan berkeringat dan panas dan kesehatan, ternyata saluran pencernaan berolahraga ketika kita makan sop kambing, makanya berkeringat dan panas dan itu menunjukkan bahwa kita sehat;). Lanjut…. Kami langsung masuk ke tempat makannya. Om langsung memesan 2 porsi sate kambing. “Pake sop atau sate saja?” Penjual bertanya. “OK. Sopnya 2 porsi, minumnya es teh 2, nasi 2,” Gila ni Om, tapi ceritanya waktu itu aku terlalu oon dan tidak berpikiran tentang banyaknya makanan itu. Kami menunggu sambil bercerita banyak hal. Menu pertama yang muncul ternyata es teh 2 (kalau ini sih biasa,,). Lalu muncul lagi air cuci tangan -kurang ajar ni orang, mereka pikir kami cuma mau minum air saja di sini?- Lalu datanglah nasi 2 porsi, besar lagi, ukuran jumbo :). Muncul sopnya. Kaget aku lihat tu sop.
Sumpah,sopnya 1 mangkok jumbo penuh seporsi, mati sudah! Biarpun ini traktiran n gratis, tetap saja aku jadi g nyaman makannya. Apalagi di sekitarku banyak sekali orang, mereka pasti bertanya2: ni anak kecil2 makannya banyak juga yah… malah lebih banyak dari porsi makan 2 orang, apalagi satenya belum keluar. Waktu dikeluarkan, ternyata sudah besar2 satenya 10 tusuk lagi… Enak juga makan2 begini, tapi karena tak ku habiskan jadi kusimpulkan agar membungkus satenya. Kesimpulannya, hanya nasi dan sopnya saja yang habis, itupun dengan resiko amat sangat kenyang dan ngantuk, benar2 ngantuk.. Dan potensialnya Om harus membayar 63 ribu. Seumur hidup aku belum pernah makan dan membayar sebanyak ini.
Kami langsung lanjut ke stasiun,,,aku lupa namanya, yang jelas itu di Serpong.. Setelah membeli tiket KA ekonomi masing2 Rp 1.500,- kami langsung menunggu di tempatnya. Kami membeli tiket ekonomi bukan karena uangnya habis dipakai buat makan, tapi memang supaya aku tahu kelas ekonomi seperti apa? Betul juga, kami menunggu sejam baru KAnya datang. Sudah begitu, berdesakan lagi n sampai di atas ternyata sama sekali g ada tempat duduk. Malah banyak yang berdiri.. Ya sudah, aku berdiri juga, gayaku kayak anak punk, tapi lebih hancur, sudah hitam pake kaos hitam, sepatu tertutup, celana ngepas, rambut diikat lepas lagi,,pokoknya uaneeehh deh.. Biarin,emang gw pikirin??
Bersmb…..

19
Dec
09

Happy holiday

Liburan kali ini memang agak berbeda dari liburan2 sebelumnya. Aku bisa berjalan ke mana saja sendirian, tanpa ditemani dan walaupun kadang2 nyasar, pasti selamat sampai tujuan. Dari Salatiga ke Tangerang, ke Bekasi, ke Depok dan sebentar lagi ke Bogor.. Yang paling berkesan adalah ketika aku tiba di Tangerang (13/12), aku langsung siap2 kebaktian kemudian tidur. Bangun tidur ada natalan pemuda n remaja GSK Gunung Sindur – Prumpung, jadi ikut lagi deh…. Keesokan harinya, aku bangun pagi2 sekali. Langsung cari buku bo.. buat apalagi kalo bukan buat belajar. Gila! Hari libur smangat belajar???? G salah nie? Emang beneran kok..
Kenapa bisa seperti itu? Ceritanya panjang,, tapi g terlalu sih.. Gini, sebelum aku liburan, ada ujian matakuliah yang lumayan banyaaaakkkk sekali.. Bayangkan saja sudah banyak, tiap matakuliah ada sekitar 20an materi dengan isi tiap materi 30an halaman. Itu harus dipelajari lagi semuanya dalam 1 malam, karena besoknya harus ujian (itu kasus teman2 q… Kalo aku sih biasa, malam itu baru q buka untuk pertama kalinya,hehehe…). Nah, itu latar belakangnya, mulai dari saat itu, secara tidak langsung tertanamlah sugesti dalam alam bawah sadar q, “Tiap jam 4 pagi, kamu harus bangun pagi untuk belajar.. Kalo tidak, kamu tidak akan lulus dan kamu akan mengulang lagi materi sebanyak ini di semester depan..” Yang jelas aku g akan maulah kalo begitu. Tapi ini kan masa liburan. Lalu apa yang q lakukan? Yah, aku cuma menanamkan sugesti kebalikannya, “Kamu g boleh bangun pagi.. Kamu harus istirahat kalo g mau gila!”
bersamb….

21
Jul
09

Presentasi KACO BERAT…

Betul-betul di luar dugaan. Sudah beberapa waktu kelihatannya kehidupan q sudah mulai teratur lagi dan aq sangat menikmatinya walaupun kadang-kadang harus rela capek dan sakit badan. Tiba-tiba sore ini aq membuat kesalahan yang sangat fatal. Sebenarnya dalam hati aq pengen sekali meminta maaf. Aq tahu dan sadar kalau yang aq katakan tadi dipresentasi itu tidak dapat q kendalikan. Tapi aq juga sadar, mereka juga pasti hanya akan menerima permintaan maaf q itu di luar. Kenapa aq mengatakan itu?? Yah, karena aq juga pernah seperti itu. Ketika ada teman yang berbicara seperti itu aq langsung men”cap” kalau orang tersebut sudah berbicara dengan sepenuh hati. Aq baru sadar kalau keadaan tidak sadar seperti yang q lakukan tadi dapat mengenai dan dapat dialami oleh siapa saja.
Aq betul-betul malu, tapi mereka pasti tidak pernah berpikiran sampai ke sana. Ketika presentasi dan ada pertanyaan dari teman-teman aq langsung menjawab dengan nada memaksa. Aq tahu kalau maksudq itu benar dan menuju ke “sana”, tapi aq tidak cukup sabar untuk mencari kata yang lebih sederhana dalam menjelaskannya. Sepertinya aq cukup memaksa mereka untuk mengikuti keinginanq, tanpa tahu alasan yang jelas karena memang belum dimengerti. Aq betul-betul menyesal.
Untuk teman-temanku
Ajik, Presly, Eva, Ane, Obed, Tessa, Galih, Ria. Dan juga untuk teman-teman kelompokq sendiri Arwyn (sorry banget yah…), Gladys, Cance, Tasya, Maria dan Arif.
Aq berjanji untuk berubah, tapi aq tetap meminta dukungan dari teman-teman karena aq tahu aq tidak bisa tanpa teman-teman.